fbpx
CeremonialFeaturedTabanan

Bupati Eka, Gelar Ritual Guru Piduka di Pura Luhur Tanah Lot

TABANAN, MEDIAPELANGI.com – Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti menggelar ritual Guru Piduka di Pura Tanah Lot, Tabanan, Kamis (23/08/2018).

Menurutnya, ritual tersebut sebagai ucapan terimakasih pembersihan dan permohonan maaf pasca di gelaranya Tari Rejang Sandat Ratu Segara yang melibatkan 1800 penari di Tanah Lot, Sabtu (18/8/2018).

“Prosesi ini sebagai bentuk fuji syukur kehadapan Beliau, karena sesolahan memargi antar (tarian berjalan dengan baik, red), selamat rahayu tampil dengan baik” ujarnya Bupati Eka setelah dirinya melakukan sembahyang sekaligus melukat di Pura Luhur Tanah Lot.

Lebih lanjut mengatakan, ritual tersebut juga untuk memohon pamit bagi para penari, karena saat selesai tari tersebut diadakan, ada yang belum sempat mepamit.

Sehingga, pihaknya secara global mewakili permohonan tersebut. Dimana dalam ritual ini, juga dihadiri oleh para kepala sekolah, camat, serta OPD lainnya.

Baca Juga:  Persembahyangan Bersama Pujawali di Pura Luhur Tanah Lot

“Kami langsung nunas pekuluh dan melukat. Saya pun tadi juga melukat,” ujarnya seraya mengatakan, karya agung tersebut sudah berjalan dengan baik.

Sementara terkait guru piduka, Bupati Eka menjelaskan, di setiap upakara besar keagamaan (tidak hanya saat pagelaran tari rejang, red), pasti digelar upakara tersebut. Karena, upakara ini sebagai bentuk permohonan maaf membuat kesalahan sengaja maupun secara tidak disengaja,”ujarnya.

“Mungkin saja ada dari panitia ada yang bicara tidak benar atau penari yang cuntaka (kotor kain, red) ikut nari, sehingga saya memohon maaf kehadapan beliau, semoga rahayu, selamat, dan bersih, itu aja,” sebutnya.

Sedangkan terkait penari yang kesurupan, menurut Bupati Eka, hal tersebut juga disebabkan unsur x (bebainan) kena unsur positif dari tarian sakral tersebut menyebabkan unsur negative keluar dari tubuh si penari.

Baca Juga:  Habis Buka Puasa, Warung Makan di Bantas Ludes Terbakar

“Ini juga disebabkan karena penari ada yang cuntaka, akan tetapi mereka ingin sekali menari, mengingat persiapan selama empat bulan untuk ikut menari. Mereka ingin ikut ngayah dan tampil. Ya kita juga harus pahami itu,” jelasnya.

Selain itu, paparnya, juga ada penari yang tidak mepamit setelah pementasan tersebut selesai. Para penari pulang begitu saja karena ada temannya yang kesurupan. “Dan yang terakhir, memang ada yang kepingit atau dasarnya memang disenangi yang artinya calon-calon yang akan ikut ngayah,” sebutnya.

Disamping itu menurut Bupati Eka Ida sesuunan untuk menuntun beliau yang memimpin ini, mudah – mudahan dialam hal ini akan lahir keadilan untuk semua umat,”pungkas Bupati (ka)

Berita Terkait

Back to top button
error: Konten ini terlindungi.