fbpx
DenpasarFeaturedSeni Budaya

SMKN 4 Bangli dan SMAN 7 Denpasar, Mengulik Kisah Tantri dan Para Dewa

DENPASAR, MEDIAPELANGI.com – Kisah di Bali banyak dan maknanya dalam sekali, sekarang semua tergantung pada manusia apakah memaknainya dengan baik atau tidak,” jelas I Putu Dedi Puspantara selaku pembina garapan kecak SMKN 4 Bangli.

Salah satu kisah di Bali yang selalu menjadi tolak ukur garapan seni adalah Cerita Tantri. Banyaknya kisah dalam Tantri membuat Dedi memilih dengan seksama segmen manakah yang dijadikan sebagai alur garapan. “Indrajala akhirnya yang menjadi landasan kami untuk menggarap garapan kecak ini,” ungkap Dedi. Datang jauh-jauh dari Bangli, adalah bentuk semangat anak-anak SMKN 4 Bangli untuk mempersembahkan garapan kecak terbaiknya dalam Gelar Kreativitas Akhir Pekan Pelajar Bali Mandara Nawanatya III yang setiap Bulan September mengambil tema Parade Cak. Minggu, 16 September 2018 Panggung Terbuka Ardha Candra telah dipadati oleh ratusan penampil kecak yang diisi oleh SMKN 4 Bangli dan penampil kedua dari SMAN 7 Denpasar.

Nyatanya, filosofi Indrajala sendiri juga terdapat dalam Lontar Siwabuddha Gama Tattwa dalam bagian Panca Upaya Sandhi yakni lima macam upaya pemimpin untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

“Dalam lontar dijelaskan bahwa Indrajala memiliki filosofi bahwa seorang pemimpin harus kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi rakyatnya,” papar Dedi lantang. Harapnya, meski telah diterjemahkan dalam vokal dan gerak tari kecak kisah Indrajala dapat dimaknai oleh para penampil dan penonton. Selepas kisah Tantri, para penonton pun dimanjakan dengan suguhan garapan kecak dari SMAN 7 Denpasar yang mengangkat kisah bertajuk Legod Bhawa.

Menurut I Nyoman Sedana sebagai salah Wakasek Kesiswaan SMAN 7 Denpasar, Legod Bawa sendiri merupakan kisah sarat makna yang melukiskan Dewa Brahma dan Dewa Wisnu tatkala mencari rahasia lingga Dewa Siwa. “Legod Bawa ini sebenarnya lebih diketahui sebagai salah satu kisah yang digunakan dalam tari legong, tapi SMA 7 berusaha menerjemahkannya dalam kecak,” ungkap Sedana.

Baca Juga:  Sekda Dorong Promosi Lebih Masif dari JBB untuk Memperkenalkan Buleleng

Dalam penggarapannya ada beberapa kendala yang dihadapi siswa-siswinya. Bermula dari diterapkannya fullday school hingga kesibukan masing-masing siswa.

“Sekolah kami basic-nya bukanlah sekolah seni, jadi harus diberikan pembinaan khusus agar anak-anak memahami bagaimana sih kecak itu,” ujar Sedana tersenyum.

Kedua sekolah ini menyajikan kecak yang dinamis tanpa meninggalkan pakem-pakem kecak. Dalam penggarapannya, pemaknaan masing-masing kisah menjadi targer utama. Apakah kisah telah memberi bekas dibenak penonton atau hanya menjadi angin lalu saja.

Sementara itu kurator Bali Mandara Nawanatya, Mas Ruscita Dewi mengatakan penampilan kedua sekolah tersebut cukup bagus. “Untuk SMKN 4 Bangli penampilan mereka sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya. Sedangkan SMAN 7 Denpasar juga bagus hanya  beberapa lagu yang ditampilkan bukan domain cak, melainkan ranah janger,” ulas Mas Ruscita (mp)

Berita Terkait

Back to top button
error: Konten ini terlindungi.